Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Prinsip Tema Insidental di PAUD untuk Mempelajari Kejadian yang Viral “Corona”



                                           Sumber: google.com
Sudah bukan hal yang baru menyusun kurikulum pembelajaran di awal tahun ajaran. Bukan hal baru pula ketika seorang guru diwajibkan membuat perencanaan pembelajaran. Hal yang sering dikeluhkan seorang pendidik, tugas mengumpulkan dokumen perencanaan. Bukan karena mereka tidak membuat perencanaan, tapi tidak semua orang mudah menuliskan apa yang dipikirkan dan direncanakan. Selain tugas seorang guru yang sudah cukup banyak, diluar tugas administratif. Pengembangan tema sudah dilakukan diawal tahun ajaran menjadi untuk digunakan membuat perencanaan selanjutnya.
Tema bukanlah tujuan utama pembelajaran. Kompetensi dasar tiap aspek perkembanganlah yang merupakan tujuan dari pembelajaran. Apa pun temanya pasti bisa digunakan untuk menstimulasi kompetensi dasar seluruh aspek perkembangan. Lalu seberapa penting tema dalam pembelajaran. Tema adalah pemberi makna. Tema akan mengkaitkan seluruh muatan pembelajaran untuk mencapai  kompetensi dasar untuk seluruh aspek perkembangan. Hal ini menjadi alasan pembelajaran di TK disebut pembelajaran tematik.
Ketrampilan mengembangkan tema harus dimiliki oleh guru. Semakin detail pengembangan tema maka akan menjadi semakin bermakna. Sebagai Contoh: tema makanan bisa dikembangkan menjadi nasi, sayur, lauk, buah, dan puncak tema makan bersama. Pengembangan ini bisa dibuat lebih detail missal nasi saja bisa dikembangkan menjadi macam nasi,manfaat nasi,  tempat nasi, menanak nasi, nasi tuumpeng. Macam nasi juga masih bisa dikembangkan jadi nasi berdasarkan bahan pokok ada nasi jagung, nasi tiwul, nasi beras putih, nasi beras merah, berdasarkan olahan ada nasi liwet, nasi bakar, nasi gurih, nasi kuning, nasi goreng. Pengembangan tema menyesuaikan kreativitas guru.
Apa yang dipertimbangkan dalam pengembangan tema?
Sumber: Mustofa dkk, 20155, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Tema harus dekat dengan kehidupan anak, sudah dikenal anak, menarik minat anak dan yang terakhir menyisipkan kejadian luar biasa yang dihadapi anak. Berdasarkan prinsip keinsidentalan maka tema tidak harus direncanakan diawal. Tema bisa diambil dari kejadian luar biasa yang sedang dialami anak, kejadian yang sedang viral di media, sesuatu yang direquest oleh anak-anak. Mengapa prinsip tema incidental ini perlu dilakukan? Jawabannya ada pada prinsip tema yang lainnya. Ketika di televisi disiarkan tetang banjir, daerah sekitar anak terjadi banjir,  orang sekitar akan membahas banjir pula. Ketika ini terjadi pokok bahasan banjir akan diobrolkan anak di sekolah. Ketika anak tertarik pada suatu hal maka berarti anak sedang dalam keadaan siap mempelajari ha tersebut. Maka tema yang tepat dikembangkan adalah banjir yang memenuhi prinsip kesederhanaan, kedekatan, kemenarikan dan incidental. Menggunakan tema incidental melatih kepekaan anak terhadap apa yang terjadi disekitar.
Apa tema yang sedang viral saat ini sehingga bisa diangkat sebagai tema? Corona/ Covid-19
Saat ini anak diharuskan beraktivitas di rumah serta dianjurkan tidak keluar rumah karena virus ini. Di media elektronik tiap hari kejadian ini juga disebutkan. Anak pasti sering mendengarkan tentang virus corona dari orang sekitar. Ada hal-hal tidak biasa yang dilakukan ketika adanya virus corona ini. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini anak butuh dan siap belajar tentang corona. Seluruh prinsip pengembangan tema mengarah pada pengembangan tema “Corona”.
Pada saat ini pembelajaran menggunakan system daring. Guru PAUD pun harus menunjukkan kompetensinya dalam menggunakan teknik pembelajaran dalam jaringan untuk kepentingan anak-anak. Anak-anak yang rindu teman, sekolah, dan suasana sebelum corona membutuhkan sapaan dan penguatan dari guru. Anak akan bahagia mendapati guru akan menyapa via aplikasi. Guru pun harus memodifikasi ulang kurikukum yang sudah direnncanakan. Guru bisa menerapkan prinsip tema incidental untuk menjawab penasaran dan memenuhi kebutuhan anak. Menjadi guru yang tanggap pada keadaan, untuk mendidik anak siap pada segala perubahan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Seluruh kompetensi ini sedang diuji ketika ada kejadian luar biasa “Corona”, Di bawah ini ada contoh sederhana pengembangan tema corona yang sederhana. Selamat mencoba.
Semangat untuk Guru PAUD seluruh Indonesia



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Hasil Penilaian Harus Terwakilkan dalam Narasi di Rapot PAUD




(Hasil diskusi bersama mahasiswa yang sebagian besar sudah mengajar)
Dosen              : Haruskah di PAUD ada penilaian?
Mahasiswa      : “Perlu.” (serentak seluruh mahasiswa)
Dosen              : “Apa yang dinilai dari anak usia dini?”
Mahasiswa      : “Aspek perkembangan” (serentak seluruh mahasiswa)
Dosen              : “Lalu, bagamana cara menilainya?”
Mahasiswa      : “Observasi, checklist, anecdote” (penjawab mulai berkurang)
Dosen              : “Hasil penilaian yang guru lakukan pada anak seperti apa?”
Mahasiswa      : “Dikasih bintang 1,2,3,4, diberi skor 1,2,3,4 dan diberi BB, MB, BSH, BSB (jawaban mulai bervariasi)
Dosen              : “Kalau yang menurut kurikulum 13, pakai mana?”
Mahasiswa      : “Diberi BB, MB, BSH, BSB
Dosen              : “Yakin ini hasil penilaian?”
Mahasiswa      :”Iya, di sekolah seperti iru.” (mulai ragu)
Dosen              :”Kalau hasil pengukurannya seperti apa?”
Mahasiswa      :”…………”(diam berpikir)
Dosen              :” Yang disebutkan tadi pengukuran atau penilaian?”
Mahasiswa      : Jawaban mulai tak kompak
Pemberian peringkat berupa  angka, huruf, dan simbol kepada suatu atribut/karakteristik  tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Ciri pengukuran pada umumnya berbentuk angka. Penilaian dilakukan untuk pengumpulan informasi tentang hasil tindakan tertentu atau program (Cubey&Dalli, 1996). Proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang anak (Anthony J. Nitko, 1996). Penilaian skala kecil dalam PAUD bertujuan mengklarifikasi pembelajaran anak untuk melaporkan pembelajaran itu kepada keluarga (Earl dalam Flottman, Stewart & Tayler, 2011). Pelaporan perkembangan hasil pembelajaran diberikan secara berkala berupa laporan perkembangan atau rapot.
Dosen              : “Jika BB, MB, BSH, dan BSB adalah hasil penilaian, bagaimana memasukkannya dalam rapot untuk diberikan pada orang tua?”
Mahasiswa      :”Dijadikan dasar bu untuk menulis rapot?”
Dosen              :“Bagaimana membuat symbol tersebut menjadi kualitatif? Bukankah rapot berbentuk narasi?”
Mahasiswa      : “Hasil penilaian dari satu semester dikumpulkan dinarasikan?”
Dosen              : “Apa arti BB, MB, BSH, dan BSB?”
Mahasiswa      : “Belum berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik?”
Dosen              :”Itu kepanjangannya, baiklah kapan anak mendapat BB, MB, BSH, dan BSB?”
1.      1 (BB) artinya Belum Berkembang: bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru;
2.      2 (MB) artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru;
3.      3 (BSH) artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
4.      4 (BSB) artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan.
Sebagai contoh
Indicator: mampu berdiri dengan 1  kaki
1.      1 (BB) artinya Belum Berkembang: bila anak mampu berdiri dengan 1  kaki harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru;
2.      2 (MB) artinya Mulai Berkembang: bila anak mampu berdiri dengan 1  kaki masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru;
3.      3 (BSH) artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah mampu berdiri dengan 1  kaki secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
4.      4 (BSB) artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah mampu berdiri dengan 1  kaki secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan.
Pertanyaan:
1.      Jika anak bisa berdiri dengan 1 kaki tetapi harus berpegang pada tembok apa yang yang didapat anak?
2.      Jika anak hadir tapi tidak bersedia melakukan yang dicontohkan guru, perlu diberi nilaiapa?
Jawaban jika
1.      Jika jawabnya MB, sementara MB diartikan anak mampu berdiri dengan 1  kaki masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru. Berarti ini kalimat tersebut yang akan ditulis sementara kenyataan anak bisa berdiri dengan 1 kaki tetapi harus berpegang pada tembok. Cocok kah?
2.      Jika jawabannya BB, sementara BB diartikan anak mampu berdiri dengan 1  kaki harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru. Berarti kalimat tersebut yang akan ditulis dirapot sementara kenyataan anak tidak bersedia mencoba berdiri dengan 1 kaki.
3.      Atau guru harus mengingat-ingat kembali fakta yang terjadi. Lalu apa fungsi rekap penilaian?
Sampai disini yang terjadi di lapangan penilaian belum bisa mencerminkan apa yang terjadi. Sehingga muncul masalah tidak konsistennya antara rekap penilaian dengan rapot serta guru kesulitan ketika menulis rapot. BB, MB, BSH, dan BSB memang sudah diartikan dalam kurikulum 2013 tetapi bisa dimodifikasi sesuai dengan indicator yang dinilai, yang dapat mewakili fakta di lapangan. Guru lah yang dapat memberikan kriteria-kriteria penilaian ini. Betapa pentingnya penilaian untuk perbaikan dan perencanaan pembelajaran selanjutnya. Maka kriteria penilaian menentukan akurasi.

Salam sukses untuk guru PAUD seluruh Indonesia









  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PAUD Belum Siap Akreditasi, Layak kah di Visitasi




           Di Indonesia Pendidikan Anak Usia Dini sebagai jenjang pendidikan yang focus pada anak usia 0-6 tahun untuk memberikan rangsangan pada aspek perkembangan nilai agama moral, social emosional, fisik motoric, bahasa, kognitif dan seni. Dari sisi makna tersebut PAUD sudah menggambarkan tugas mulia yang ada dipundak guru PAUD. Menjadi guru PAUD harusnya suatu kebanggaan. Guru PAUD yang mengajarkan berhitung, bernyanyi, mengenalkan membaca, toilet training, sikap makan dan ketrampilan hidup lain. Bayangkan berapa banyak ketrampilan hidup yang diajarkan oleh seorang guru PAUD. Maka banggalah jadi guru PAUD. Bukankah kita hidup punya tujuan untuk memiliki keturunan, dan memahami pendidikan serta perkembangan anak pasti diperlukan oleh setiap orang. Jadi mempelajari ilmu PAUD sama saja mempelajari ilmu kehidupan, pasti bermanfaatnya.
       Jumlah ketertarikan terhadap profesi  guru PAUD tidak sebanding dengan kebutuhan guru PAUD. Terbukti belum sebandingnya lulusan PG PAUD dengan lembaga PAUD yang tersedia. Program satu desa satu PAUD, memeratakan pendidikan dari segi tempat berkegiatan. Masalah yang muncul adalah, ada gedung tapi bingung siapa yang harus jadi guru. Akhirnya guru PAUD bukan lulusan PG PAUD tetapi berasal dari lulusan dibidang lain atau bahkan masih lulusan SMA. Jika mereka mengajar PAUD memang dari hati maka mereka akan menjadi guru pebelajar, mengikuti pelatihan, banyak belajar dari online, diklat dasar, atau bahkan ada yang kuliah di bidang PAUD, selalu banyak cara bagi yang ingin belajar. Sesuatu pasti akan maksimal jika dilakukan sepenuh hati, lulusan PG PAUD mengajar tapi tidak sepenuh hati maka tidak akan maksimal. Apalagi jika belum memiliki dasar ke PAUDan tetapi mengajar hanya demi eksis atau menggugurkan kewajiban? Apa yang akan terjadi pada anak-anak kita? Kita pasti ingin yang terbaik untuk anak kita, generasi penerus bangsa.
         Lembaga PAUD pun sekarang tiap tahun mendapat kuota akreditasi yang sangat banyak. Di Jawa Timur pada tahun 2019 6000an kuota akreditasi untuk PAUD dan PNF. Hal ini menandakan kualitas lembaga PAUD begitu diperhatikan. Lembaga PAUD tidak dapat terlepas dari peran guru PAUD. Semangat guru PAUD untuk belajar adalah kunci keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini. Semangat untuk bersedia menerima perubahan dan mencoba hal baru adalah point utama. Membesarkan anak sesuai dengan zamannya dan dunianya. Zaman yang sudah memasuki era digital dan dunia anak melalui bermain. Dari hasil observasi lembaga PAUD yang saya visitasi di wilayah Jawa Timur sebagian besar masih menggunakan LKA (Lembar Kegiatan Anak) sebagai rencana utama. Bahkan mirisnya ada yang menjawab bahwa tema menyesuaikan majalah, bukan majalah yang menyesuaikan tema. Apakah bagi anak ini bermain, belajar atau justru bekerja? Bahkan ketika sudah digalakkan saintifik, pembelajaran masih identic dengan penugasan. Sebagian guru masih bingung apa itu saintifik. Kata saintifik hanya tertulis di dokumen kurikulum dan rencana pembelajaran, tidak pada kenyataan. Jika hal dasar ini saja belum dimengerti jangan salahkan jika bagi anak dunia bermain sudah dikorupsi.
            Pengalaman ketika mengamati pembelajaran seorang guru mengumumkan bahwa besok libur dan apa yang terjadi? Sorak ramai kebahagiaan anak seolah terlepas dari tekanan. Hal ini menjadi pertanyaan tersendiri ada apa dengan PAUD ini? Seolah merdeka belajar belum berhasil disini, mana bermainnya? Sementara terdapat keterbatasan alat permainan edukatif yang dijumpai di lapangan. Sebenarnya yang bermasalah adalah alokasi dana untuk APE yang kurang atau guru yang belum bisa menggunakan kreativitas merancang alat main. Apa yang tergambar dari APE menurut guru? Sejatinya setiap benda yang dapat dimainkan anak dan bernilai edukatif bisa disebut APE bukan?
          Masalah tidak berhenti disini, gaji guru PAUD dinilai masih belum mencukupi. Gaji pas-pasan tetapi tuntutan tanpa batasan. Lembaga harus memiliki kurikulum dan membuat perencanaan pembelajaran. Dilapangan dijumpai kurikulum yang sama tiap tahun tidak diperbarui, bahkan ada perencanaan pembelajaran yang sama dalam satu kecamatan. Temuan ini menunjukkan merdeka belum dirasakan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran. Seolah terdapat perombakan besar-besaran ketika akan akreditasi. Mendadak ada perencanaan, ada APE baru, ada perubahan mengajar khusus menyambut asesor visitasi. Tentunya lembaga yang didatangi untuk visitasi aadalah lembaga yang menurut Badan Akreditasi Nasional layak untuk diakreditasi. Dengan temuan yang begitu banyak sudahkah lembaga, khususnya guru merasa siap untuk diakreditasi? Hasil wawancara sebagian merasa ragu, kapanpun akreditasi pasti akan dilakukan, serta ada jawaban takut BOP tidak cair jika belum akreditasi. Dari segi pengamatan ketika lembaga ditelpon untuk divisitasi sebagian lembaga meminta atau memilih waktu bagian akhir dari jadwal. Hal ini menandakan masih butuh waktu untuk mempersiapkan.
        Pertanyaan baru muncul, apakah akreditasi akan mempengaruhi jumlah peserta didik baru di semua lembaga? Apakah semua atau sebagian besar orangtua menjadikan nilai akreditasi lembaga untuk memilih PAUD untuk anaknya?apakah nilai akreditasi menggambarkan kualitas lembaga PAUD?
Mari renungkan bersama, sekedar secuil pengalaman dan pemikiran sebagai asesor visitasi yang masih baru. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HASIL PENGAMATAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK





A.    LATAR BELAKANG

 

Dewasa ini perilaku menyimpang anak usia dini semakin meluas mulai dari ditemukannya anak usia dini yang merokok hingga anak usia dini yang mulai melakukan tindak kekerasan.Kenakalan remaja juga begitu meluas mulai dari kasus narkoba hingga pergaulan bebas.Permasalahan ini menjadi pekerjaan baru bagi Indonesia untuk diselesaikan.Para ahli menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah ini diantaranya adalah pengaruh pergaulan/lingkungan ,media komunikasi(televisi,hp,internet) ,dan keluarga.Pada umumnya orang tua menganggap permasalahan ini muncul sebagai akibat dari pergaulan yang salah dan ketidaksiapan anak menerima kemajuan teknologi.Alasan ini bisa dipakai untuk usia remaja namun bagi anak usia dini yang cenderung dalam pengawasan keluarga dan waktunyapun kebanyakan bersama orang tuanya menjadikan pertanyaan bagi pengamat. Hal ini menjadi pendorong bagi pengamat untuk mengamati pola asuh keluarga kepada anak usia dini.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 1992).

 

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.

 

Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal ini akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya dibutuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh berkembang optimal. Citra diri senantiasa terkait dengan proses tumbuh kembang anak berdasarkan pola asuh dalam membesarkannya (Daryati R,2009).

 

Pengamat mengamati sebuah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari nenek,ayah,ibu,kakak,dan adik(anak usia dini).Nenek bernama ibu Sartumi,ayah bernama pak Surato ,ibu bernma bu Dati,kakak laki-laki brnma Andi,dan anak bungsu bernama Linda(anak usia dini).Keluarga dari nenek(bu Sartumi) merupakan keluarga besar yang cukup terpandang di lingkungan sekitar dan cukup dihormati.Kebanyakan anak dari ibu Sartumi sukses baik di perantauan maupun yang di desa begitu pula dengan cucu-cucunya.Mereka masih memberi kiriman untuk kebutuhan ibu Sartumi meskipun ibu Dati juga mampu merawat ibu Srtm.

 

Ayah berprofesi sebagai  wiraswasta yang memiliki truk untuk angkut barang dan mobil carry untuk angkut penumpang,serta sedang memulai bisnis jual beli mobil bekas. Ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi kedua anaknya yang masih SMP dan masih anak usia dini. Anak hidup dalam keluarga yang berkecukupan dari segi ekonomi. Orang tua bisa memenuhi kebutuhan anak baik sandang ,pangan,dan papan. Pemenuhan kebutuhan pada anak terlihat dari pemenuhan keinginan anak seperti mainan,makanan,dan pakaian. Anak selalu memesan untuk dibelikan sesuatu ketika ayahnya pulang dari bekerja dan meminta uang hijau (dua puluh ribu) untuk dimasukan dalam celengannya,ayah pun memberinya sehingga menjadi kebiasaan. Neneknya memiliki warung kecil untuk kesibukan sehingga sering membelikan sesuatu untuk anak. Ibu selaku ibu rumah tangga juga menuruti keinginan anak sehingga anak terbiasa membuang makanan. Kebiasaan ini sering membuat nenek jengkel dan menasehati anak.

 

Keluarga ini tinggal di sebuah desa di Wonogiri. Keluarga bapak Surato tinggal di rumah mertua bapak Surato karena istrinya merupakan anak bungsu yang diberi kepercayaan menemani ibunya. Rumah terletak di pinggir jalan namun bukan jalan raya hanya jalan desa sehingga suasana tidak begitu ramai. Rumah tersebut sangat luas berbentuk joglo seperti rumah jawa kuno namun telah mendapat sentuhan modern. Halaman rumah cukup luas dan masih memiliki pekarangan kosong yang ditanami pohon-pohon. Lingkungan sekitar masih begitu asri dan sejuk. Di samping kanan kiri rumah terdapat garasi untuk menyimpan kendaraan dan memperbaiki serta untuk mencuci kendaraan. Bapak Surato mencuci,memperbaiki,serta menyetir sendiri kecuali jika pergi ke kota. Kebanyakan dari tetangga lulusan SMP namun beberapa sudah lulus kuliah. Pak Surato dan bu Surato sama-sama lulusan SMA. Di  wilayah tersebut kebanyakan berprofesi sebagai petani dan buruh sehingga anak-anak di sana terbiasa ikut orang tua ke sawah atau ladang. Lingkungan desa sebagian memiliki hewan ternak,sehingga kesibukan mereka ketika musim kemarau mencari makan untuk hewan ternak dan mencari kayu bakar ke gunung. Lingkungan rumah yang masih asri dan luas membuat anak bisa leluasa bermain dan bagus untuk perkembangan anak.

 

Di dalam rumah fasilitas cukup lengkap ada kulkas,televisi,PS,DVD,dan peralatan rumah tangga lain yang tertata rapi. Rumah terdiri dari 6 kamar dan tersedia untuk kamar untuk tamu,terdapat ruang tamu,ruang makan,ruang belajar anak yang SMP jadi satu dengan kamar,dapur kotor,dapur bersih,1 kamar mandi dalam,dan 2 kamar mandi luar. Sehingga kebutuhan anak di rumah cukup terpenuhi.

 

Setiap hari waktu ibu Srt di rumah mengurusi anak bungsunya. Bahkan pekerjaan rumah tangga di lakukan oleh nenek demi menjaga anak bungsunya dan membayar orang untuk melakukan pekerjaan rumah. Anak tersebut memiliki penyakit bronkitis sehingga harus obat jalan. Anak akan batuk ketika melakukan kegiatan fisik yang melelahkan ,makan-makanan berminyak, dan kedinginan. Hal tersebut membuat bu Srt lebih memperhatikan anak bungsunya. Ini membuat ibu sedikit memanjakan anak dibandingkan dengan kakaknya.

.

Awalnya anak sudah masuk dalam PAUD namun tidak dilanjutkan dengan alasan agar anak selesai obat jalannya dulu. Anak menghabiskan waktu bermain sendiri dengan di dampingi sang ibu setiap harinya jika main pun pasti bersama ibunya.

 

B.     Interaksi Orang Tua dengan  Anak

 

Anak memiliki keluarga yang utuh yang setiap  hari saling bertatap muka. Setiap hari anak diasuh oleh ibunya sendiri karena ibunya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu Surato selalu mendampingi anaknya dalam bermain dan semua aktivitasnya. Ibu Surato juga mengawasi semua tingkah laku anaknya jangan sampai anak memakan makanan yang bisa menimbulkan batuk dan melakukan kegiatan yang melelahkan atau membahayakan,seperti anak tidak boleh memanjat tiang atau barang yang terlalu tinggi karena khawatir nanti akan jatuh. Selain ibunya anak juga memiliki nenek yang selalu di rumah menemaninya. Tidak jarang ibu  dan neneknya mengikuti atau ikut terlibat dalam permainan anak,seperti ketika bermain penjual dan pembeli ibu dan nenek ikut terlibat  jadi pembeli sementara anak sebagai penjual.

 

Nenek dan ibunya akan tetap berada di samping anak ketika anak ingin bermain sendiri tanpa melibatkan orang tua. Anak akan menjerit ketika bermain sendiri tanpa orang dewasa di dekatnya. Hal ini karena anak sering menanyakan dan meminta persetujuan kepada ibunya ketika memperlakukan mainan dan menanyakan letak mainannya. Orang tua merespon pertanyaan anak dengan baik. Anak akan diberi pujian ketika idenya baik dan sebaliknya ketika idenya kurang bagus ibu menasehati dan mencontohkan bagaimana yang benar.

 

Di saat anak memiliki mainan baru ibu memberikan contoh cara memainkannya sebelum anak mencoba sendiri. Ini membuat anak mengambil paksa mainannya tersebut sambil berkata bisa dan berteriak. Ibu langsung diam dan membiarkan anak mengambil mainannya serta mencoba sendiri cara memainkan mainan tersebut. Anak akan terus mencoba sampai dia puas dan jika bingung anak akhirnya bertanya caranya kepada ibunya. Ibu Surato membantunya sambil berkata, “tadi diajari tidak mau?”. Anak terdiam sambil memperhatikan contoh yang diajarkan oleh ibunya. Anak akan langsung mencobanya sendiri ketika merasa sudah mengerti. Lalu anak akan meminta persetujuan  apa caranya sudah benar. Ibu menjawabnya jika anak masih belum bisa ibu mau mengulang memberi contoh sampai anak bisa. Ketika anak berhasil memainkan dengan benar anak akan senang sehingga mengulang-ulang memainkan mainan tersebut. Ketika ibunya memuji anak akan menceritakan cara memainkannya sambil mempraktekan cara membuatnya. Anak akan menunjukan pada neneknya caranya memainkan mainannya. Nenek akan menanggapi dengan nada seolah belum tau caranya,”o.....begitu nenek baru tahu!”. Hal ini membuat anak semakin bersemangat menjelaskannya.

 

Ayah pulang bekerja pada siang hari untuk makan siang,biasanya menyapa anak dengan bertanya sedang apa. Hal ini membuat anak mendekat pada ayahnya yang sedang istirahat sambil bercerita tentang yang dilaluinya sewaktu ayahnya bekerja. Ayah menanggapi cerita anak dengan bertanya seolah penasaran “apa iya?” kadang nadanya seperti cuek jika sedang terlalu capek namun dipaksa menanggapi. Ini bertujuan untuk merangsang anak terus bercerita sehingga ayah tetap mendengarkan. Anak akan protes jika merasa tidak diperhatikan.  Anak akan menanggapi pertanyaan ayah dengan nada seolah ingin meyakinkan ayahnya jika yang anak katakan benar. Ketika ada permintaan mengangkut barang ayah kembali pergi sebelum pergi menyempatkan untuk  berpamitan pada anak dan berpesan jangan nakal. Anak mengiakan dan balik berpesan hati-hati serta minta oleh-oleh. Semua tindakan ayah ini untuk membelajarkan anak agar menghargai pendapat orang lain dan sikap sopan terhadap orang tua.

 

Anak kembali menghabiskan waktu bersama ibunya sambil menunggu kakaknya pulang dari sekolah. Anak akan mengikuti kemana kakaknya pergi setelah pulang sekolah sebelum dia bercerita pada kakaknya. Kakaknya pun akan menanggapi dan mendengarkan cerita adiknya.

 

Untuk mengajarkan anak mengenai nilai kejujuran ayah ketika pulang kerja membawa oleh-oleh pesanaan anak sesuai janjinya. Sehingga anak selalu menantikan kehadiran ayahnya dengan harapan ayah akan menepati janji. Ayah akan memberi alasan yang tepat ketika tidak bisa menepati janji. Sikap orang tua ini membuat anak akan percaya terhadap orang tua dan memberi ccontoh bagi anak untuk jujur.

 

Bapak Surato sekeluarga menjaga kebersamaan dengan menyaksikan acara televisi bersama pada malam hari sesudah mereka makan malam. Anak selalu ingin tahu mengenai acara yang disaksikan sehingga sering bertanya,orang tua menanggapi pertanyaan-pertanyaan anak dengan menjawabnya terus. Anak akan semakin banyak bertanya sehingga orang tua akan merasa jengkel dan berkata nanti ketika iklan baru bertanya. Mengalihkan pertanyaan anak membuat anak lupa dengan pertanyaannya dan berganti mengomentari mengenai iklannya.

 

Anak akan terdiam dan memperhatikan acara televisi ketika anak merasa acaranya menarik. Orang tua akan memberi tahu mengenai tokoh baik dan tokoh yang buruk dalam cerita. Pengetahuan yang diberikan orang tua memancing rasa ingin tahu anak tentang alasan disebut tokoh baik dan buruk. Orang tua akan menjelaskan sehingga anak akan memilah menjadi tokoh yang baik. Orang tua akan balik bertanya  kepada anak mengenai alasan anak memilih tokoh baik sehingga anak akan bercerita dan paham mengenai kebaikan. Anak akan menceritakan tokoh baik dan tokoh jahat dalam tayangan pada hari lain. Anak berbalik menjelaskan cerita dalam televisi kepada kakaknya dan menjelaskan mana tokoh baik dan tokoh jahat dalam cerita. Orang tua memuji anak dengan sebutan pintar sehingga anak merasa senang.

 

Ibu akan bercerita untuk menidurkan anak setelah menyaksikan televisi. Cerita yang didongengkan ibu selalu sama sehingga anak hafal jalan ceritanya. Namun anak tidak pernah merasa bosan dengan cerita ibunya. Anak bisa menebak kelanjutan ceritanya. Anak akan tertidur sebelum cerita usai. Ibu mendongengkan anak sebelum tidur dengan cerita yang sama melatih anak untuk belajar mengingat.

 

Anak memiliki penyakit bronkitis namun pertumbuhan anak tidak terganggu anak terlihat sehat meski kadang batuk-batuk. Satu bulan sekali anak dibawa ke dokter anak untuk  diperiksa. Semua anggota keluarga selalu mengingatkan anak untuk minum obat dari dokter. Awalnya anak sulit untuk minum obat tetapi keluarga memberi tahu tujuan minum obat agar batuknya capat sembuh dan tidak perlu ke dokter lagi. Ketika anak mulai batuk orang tua berkata “makanya minum obat ya ,dik?” begitu juga ketika anak memakan makanan yang menimbulkan batuk dan melakukan aktifitas yang melelahkan,orang tua akan melarang dengan alasan nanti batuk lagi. Anak juga meminta masuk PAUD lagi. Anak pernah protes dengan berkata ,”ibu apa-apa tidak boleh?”.  Ibu akan menjawab bahwa jika sudah sembuh dan tidak perlu ke dokter lagi boleh dan bisa masuk lagi. Ini membuat anak mengerti bahwa harus selalu minum obat dengan teratur. Sehingga anak tidak lupa untuk minum obat dan mengingatkan orang tuanya jika lupa tidak meminta anak minum obat.

 

Perkembangan bahasa anak baik didukung dengan kesempatan yang diberikan keluarga untuk berbicara dan interaksi yang baik antar anggota keluarga. Anak akan berbicara tanpa ditanya pada orang yang sudah dikenal akrab. Sebenarnya anak mengasikkan jika bermain. Namun anak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan orang dewasa dan bermain pun jika ada anak yang main ke rumahnya sehingga sosialisasi anak kurang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.     Analisis

 

1.      Respon orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak

 

Didukung dengan kondisi ekonomi orang tua yang termasuk berkecukupan keluarga ini mampu memenuhi kebutuhan anak baik dalam hal ekonomi. Orang tua membelikan makanan berkecukupan sesuai selera anak,membelikan mainan,memberi anak uang untuk ditabung,membelikan oleh-oleh sepulang kerja,orang tua juga mengabulkan permintaan anak ketika ingin membeli sesuatu seperti yang dimiliki temannya. Hal ini membuat anak merasa tidak kekurangan dan bisa meminta apa yang dia mau tanpa takut dimarahi. Orang tua memberi alasan yang masuk akal jika belum bisa memenuhi keinginan anak segera dan berjanji akan memenuhinya suatu saat ketika bisa,contoh:anak minta dibelikan  baju orang tua belum bisa memenuhi sehingga berjanji akan membelikannya ketika ayah pulang dari kirim barang ke Jepara. Anak akan menagih janji ketika ayahnya pulang dari Jepara sehingga ayah harus menginat janjinya dan menepatinya. Ayah menepati janjinya sehingga anak percaya pada ayahnya.

 

Dari segi kasih sayang dari keluarga terutama orang tua anak memilikinya. Pekerjaan ibu yang khusus sebagai ibu rumah tangga di rumah membuat anak selalu mendapat perhatian. Ayah yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki kesempatan untuk tiap hari bertemu dengan anak. Adanya nenek yang serumah dengan anak juga menambah kehangatan untuk anak. Begitu juga dengan adanya kakak yang terkadang menemaninya bermain. Posisi ibu sebagai ibu rumah tangga membuat ibu menjadi sosok yang dekat dengan anaknya dan melihat setiap tahap perkembangan anak. Orang tua merespon anak dengan baik.

 

Respon orang tua dalam mendorong komunikasi lisan pada anak membuat anak berani berbicara dengan keluarganya tanpa takut salah. Orang tua memperhatikan,mendengarkan,dan menanggapi cerita anak. Meskipun dalam kondisi lelah orang tua tetap berusaha memperhatikan. Anak akan protes kepada orang tua ketika merasa tidak didengarkan ceritanya sehingga orang tua memberi pengertian bahwa sebenarnya mendengarkan namun tadi disambil bekerja sehingga terlihat tidak mendengarkan. Anak akan terus bercerita ketika ditanggapi dan menjawab pertanyaan orang tuanya. Sapaan yang diberikan ayah waktu pulang kerja dengan menayakan pada anak apa yang sedang dilakukannya membuat anak bercerita tentang yang dilakukannya ketika ayah bekerja jika menurutnya menarik. Orang tua menanyakan pada anak mengenai caranya memainkan permainan,mana tokoh baik dan buruk dalam televisi serta alasan anak melakukan sesuatu selain meningkatkan kemampuan bahasa anak juga mengasah kemampuan berfikir anak.

 

Orang tua menghargai cara berpikir anak ketika anak menyampaikan argumennya maupun idenya. Penghargaan terhadap ide dan argumen anak akan membuat anak lebih kreatif. Sebagai contoh ketika orang tua membelikan mainan baru untuk anak secara nalar orang tua akan mengajari anak untuk memainkannya terlebih dahulu namun ketika anak merasa sudah mampu tanpa diajari sehingga karena keingintahuannya anak ingin mencoba sendiri orang tua hendaknya memberi kesempatan. Kesempatan tersebut akan memunculkan ide-ide dari anak. Meskipun ide anak salah sebagai orang tua hendaknya jangan memarahi apalagi menyalahkan anak. Anak akan meminta bantuan ketika merasa sudah tidak mampu. Ini adalah saat bagi orang tua membantu anak dengan sabar menjelaskan bagaimana cara memainkan dan beri kesempatan anak ketika merasa sudah bisa. Anak akan lebih puas ketika diberi kesempatan mencoba sendiri dan anak akan belajar dari kesalahan. Sesungguhnya belajar dari kesalahan akan membuat anak menemukan cara memperlakukan mainannya dengan tepat dan alasan cara sebelumnya gagal. Hal ini telah dilakukan oleh ibu Srt pada anaknya. Bapak Srt membiarkan anak kesempatan memeriksa dompetnya ketika anak ingin meminta uang 20.000 dan ayah mengatakan tidak punya. Kesempatan ini diberikan agar anak percaya dan membudayakan sikap terbuka.

 

Pada umumnya anak akan merasa senang ketika diberi hadiah meskipun hanya berupa pujian. Pujian yang diberikan orang tua membuat anak mampu membedakan mana perilaku anak yang benar dan yang salah. Orang tua yang tidak pernah memberikan pujian pada anaknya cenderung akan menyalahkan anaknya. Sikap ini akan membuat anak merasa serba salah dihadapan orang tua. Dalam keluarga bapak Surato ini sudah menyadari akan pentingnya pujian bagi anak. Hal ini terlihat dari ibu yang memuji anak ketika anak mengingatkan ibunya untuk meminumkan obat pada anak,ibu dan nenek yang memuji anak ketika anak berhasil memainkan mainan barunya dengan benar. Pujian akan menjadikan semangat bagi anak untuk terus kreatif dan melakukan hal yang baik menurut orang tuanya.

 

Ibu memiliki perasaan yang peka terhadap anak sehingga ibu akan mengetahui ketika anaknya senang maupun sedih melalui sikap anak. Sikap tanggap pada emosi anak akan membuat anak merasa dimengerti dan tidak sendiri. Sikap bu Surato yang menanyakan pada anak ketika anak terlihat murung membuat anak terbuka padanya. Anak murung ketika melihat teman seusianya pergi untuk masuk sekolah. Setelah mendengar alasan anaknya ibu Surato menyemangati anaknya dengan lembut sambil berkata,”nanti kalau sudah sembuh bisa sekolah lagi.” Ibu Surato memberi pengertian bahwa ke dokternya tinggal 2 kali sehingga tahun depan sudah bisa sekolah. Anak akan kembali senang setelah mendengar pengertian dari ibu dan anak belajar sendiri di rumah bersama ibunya.

 

Ibu Surato tidak memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu secara terpaksa. Anak masih sering diladeni oleh ibunya untuk minta minum,makan,atau membereskan mainan. Hal ini karena anak sering sakit sehingga orang tua terbiasa meladeni anak karena takut anak akan kecapean sehingga sakit. Ketakutan orangtua ini membatasi kemandirian anak sehingga anak sangat tergantung pada orang tuanya dan anak menjadi sedikit manja.

 

Anak yang selalu dekat dengan orang tua membuat orang tua mudah untuk memberikan arahan pada anaknya. Kegiatan yang dilakukan anak selalu didampingi orang tua terutama bu Surato sehingga sebagai ibu beliau bisa langsung mengarahkan anak ketika anak melakukan kesalahan. Sebagai contoh ibu mengarahkan anak ketika anak memanjat tiang rumah dengan memberi alasan agar anak bisa memahami. Menurut ibu Surato anak perempuan hendaknya bertindak sopan tidak bermain dengan memenjat seperti anak laki-laki dan dikawatirkan jika nanti terjatuh ataupun kecapekan sehingga batuknya kambuh.agar anak tidak mengulang untuk memenjat saat anak berhenti memanjat ibu mengacungkan jempol sebagai tanda pujian.

 

Orang tua tidak hanya mengarahkan anak ketika menurut orang tua kegiatan atau tindakan yang dilakukan anak salah. Namun,ketika anak melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tua maka orang tua memuji tindakan anak sambil mengacungkan jempol atau tersenyum dan memberi tahu anak mengapa tindakannya tadi dikatakan benar. Seperti ketika anak mengembalikan obatnya dalam wada orang tu mengatakan bagus dan nanti biar mudah mencarinya saat akan meminum obat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Tuntutan orang tua terhadap anak

 

Setiap orang tua menginginkan anaknya sehat dan terbebas dari bahaya. Ini juga berlaku bagi bapak dan ibu Surato pada anaknya sehingga mereka sering melarang anak ketika anak membahayakan dirinya maupun kesehatannya. Seperti anak dilarang memanjat tiang rumah karena kawatir jatuh,dilarang berlari-lari karena nanti akan menyebabkan anak terganggu pernafasannya dan batuk,anak juga dilarang mengkonsumsi makanan dan minuman yangbisa menyebabkan batuk. Larangan tersebut merupakan wujud kasih sayang orang tua. Namun ketika anak meminta penjelasan mengenai alasan orang tua memberi tahu alasannya.

 

Keluarga bapak Surato ketat dalam mengawasi anak bungsunya yang masih berumur 4,5 tahun ini. Kemana pun anak pergi selalu bersama orang tua. Bahkan anak lebih sering menghabiskan waktu bermain bersama ibunya di rumah daripada bermain dengan teman sebayanya. Anak ketika ingin bermain di rumah temannya meskipun dekat tidak mau ditinggal harus ditemani ibunya. Ibu Surato juga merasa tidak tega ketika meninggalkan anaknya sendiri sehingga anak merasa tidak aman ketika tidak bersama orang tuanya dan anak sulit bersosialisasi dengan orang yang belum di kenalnya.

 

Dalam mengasuh anak ada saatnya anak membuat orang tua marah aau pun jengkel dengan perbuatan anak. Hal ini tidak menjadikan keluarga bapak Surato menerapkan hukuman fisik maupun membentak-bentak anak. Seperti ketika anaknya tidak menurut ketika disuruh berhenti berlari-larian mengelilingi rumah ibu Surato diam dan meninggalkan anaknya sehingga anaknya mencari dan ibu Surato menangis karena capek sehingga anak menanyakan alasn ibunya menangis. Ini membuat anak merasa bersalah sehingga berhenti berlari dan berjanji tidak mengulang lagi. Ibu Surato berkata agar anaknya menepati janjinya.

 

Dalam komunikasi lisan anak sering terlalu banyak bertanya. Hal ini terlihat ketika bapak Surato sekeluarga menyaksikan televisi anak selalu bertanya mengenai yang dilihatnya di televisi. Untuk beberapa pertanyaan orang tua masih sabar menjawabnya namun anak terus bertanya seakan tidak ada puasnya sehingga membuat orang tua kesal. Orang tua mengalihkan pertanyaan anak dengan meminta anak bertanya pada saat iklan saja. Meskipun anak menyetujui anak terkadang masih bertanya terus. Orang tua mendiamkan anak sampai anak merasa tidak diperhatikan dan terdiam karena ingat terhadap janjinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    Perkembangan Anak Saat Ini

 

ó Perkembangan fisik motorik

 

Perkembangan fisik anak berkembang dengan baik. Anak sudah bisa berjalan,berlari,dan memanjat. Kondisi fisik anak sedikit terganggu karena bronkitis namun tinggal 2 kali lagi periksa ke dokter dinyatakan selesai karena sudah sembuh. Motorik halus dan kasar anak berkembang dengan baik. Anak bisa menggunting kertas sesuai pola meski kurang rapi,anak juga sudah padai menulis seperti yang dicontohkan,dan anak biasa mewarnai gambar.

 

ó Perkembangan bahasa

 

Anak diberi kebebasan dalam menyampaikan ide,argumentasi,maupun mengajukan pertanyaan membuat anak memiliki keberanian berbicara di dalam keluarga. Respon yang baik dari keluarga terutama orang tua ketika anak bercerita maupun berbicara apapun membuat anak semakin senang bercerita mengenai pengalamannya maupn tentang apa yang dilihatnya. Hal ini membuat anak menguasai banyak kata dan semakin lama semakin banyak. Anak mulai pandai merangkai kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Anak juga telah mengerti mengenai kalimat yang mengandung hubungan sebab akibat seperti ketika anak berkat,”aku mau minum obat biar cepat sembuh”.

 

ó Perkembangan kognitif

 

Anak telah mampu berhitung 1-10 dan menulis angka 1-10. Anak juga telah mengenal huruf abjad kapital sehingga anak sudah mampu sedikit dalam membaca kata sederhana yang menggunakan huruf kapital seperti:BABI,MAMA,PAPA. Anak juga bisa menuliskan  beberapa huruf tanpa diberi contoh. Anak juga telah mampu dilatih mengenai oprasi bilangan (tambah dan kurang) dibawah 10 dengan bantuan jari mengerjakannya.

 

ó Perkembangan sosial

 

Anak terlalu sering menghabiskan waktu bermain sendiri atau bersama orang tua. Anak juga tidak lagi masuk PAUD,ssehingga jarang bermain dengan teman sebaya. Ketika anak bermain ke rumah temannya selalu didampingi ibunya. Meskipun anak pandai berceria dan diberi kebebasan berbicara dalam keluarga anak enggan untuk berbicara dengan orang yang belum dikenalnya. Hal ini karena anak jarang pergi atau bermain di luar rumah. Namun ketika anak sudah kenal anak akan asik diajak bermain maupun berbicara. Anak akan menyapa ketika bertemu dengan tetangga atau teman yang sudah akrab dengannya. Anak akan mengajak saudaranya bermain bersama ketika ke rumahnya dan pada saudara yang lebih kecil darinya anak selalu menawarkan mainannya untuk dimainkan.

 

 

 

ó  Perkembangan seni

 

Anak masih mengingat beberapa lagu sewaktu di PAUD seperti balonku ada5 dan topi saya bundar. Anak sering menyanyikannya di depan kaca sambil menari-nari dan berdandan. Anak juga sering menirukan lagu yang ada di televisi meski kadang lagu orang dewasa seperti:tomat (tobat maksiat). Ketika sinetron yang menakai lagu itu dimulai dengan nyanyian lagu tersebut anak ikut bernyanyi meski  sepotong-sepotong. Anak juga senang mendengar lagu anak-anak.

 

ó Perkembangan moral

Anak telah dibiasakan untuk berperilaku sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat. Orang tua mengajarkan norma pada anak dengan rutin sehingga menjadi kebiasaan dan orang tua juga menerapkan norma tersebut sehingga anak juga terbiasa melakukan. Norma yang diajarkan antara lain kejujuran, menghargai pendapat dan sopan santun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.     Kesimpulan

 

       Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

 

Baumrind berpendapat ada tiga pola asuh yang diterapkan dalam keluarga yaitu otoritatif,otoritarian dan permisif. Pengamat menyimpulkan pola asuh yang diterapkan pada keluarga bapak Surato cenderung mengarah pada pola asuh otoritatif. Orang tua dengan pola asuh otoritatif  bersikap responsif terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. Sikap orang tua tersebut akan memberikan efek rasa percaya diri anak terhadap kemampuannya dan mengembangkan rasa ingin tahu anak serta miningkatkan kreatifitas anak. Keingintahuan anak yang menimbulkan anak mengajukan banyak pertanyaan menjadi kesempatan bagi orang tua mengajak anak berdiskusi sederhana. Dengan berdiskusi memberikan ruang bagi orang tua untuk memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk bagi anak dan anak pun memahami sikap dan alasan orang tua terhadap mereka. Sehingga hal ini akan memberikan kepercayaan anak terhadap orang tua bahwa mereka mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dan harapan akan menjadi anak yang baik.

Dalam membimbing anak hendaknya orang tua mementingkan pemahaman anak bukan sekedar kepatuhan. Sehingga anak merasa diarahkan secara rasional.

 

Pola asuh otoritatif mendorong komunikasi lisan anak. Orang tua memberi kesempatan anak menyampaikan argumen maupun idenya membuat anak merasa dihargai. Komunikasi anak dalam keluarga mempengarui perkembangan bahasa dan sosial. Anak akan meningkat perbendaharaan katanya ketika diberi kebebasan berbicara dan didengarkan. Komunikasi dalam keluarga mempengaruhi kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain.

 

Orang tua menghadapi anak hendaknya tidak menggunakan kekerasan atau hukuman fisik. Orang tua mengarahkan anak dengan penuh kasih sayang dan memberikan penjelasan mengenai alasan dari nasehat orang tua dengan bahasa yang bisa dimengerti anak. Sehingga anak paham bahwa nasehat orang tua demi kebaikannya. Anak usia dini belum mampu menangkap perintah yang beruntun dengan kalimat panjang. Anak akan menganggap orang tua cerewet dan bosan mendengar nasehat orang tua yang menggunakan kalimat panjang dan beruntun.

 

Meskipun orang tua bertugas membimbing anak hendaknya orang tua tidak menuntut anak untuk melakukan semua keinginan maupun harapan orang tua tanpa memberi kesempatan anak mengemukakan pendapat dan keinginan anak. Anak akan merasa tertekan dan terancam ketika orang tua mengarahkan anak secara kaku. Anak yang mendapatkan perlakuan tersebut akan memiliki perilaku yang kurang mandiri.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS