Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CERPAG: Tukar Kakiku di Surga



TUKAR KAKIKU DI SURGA

Oleh : Vivi Sufiati

 

Pagi ini cerah ku bersemangat bangun namun seperti biasa untuk bangun dari tempat tidur ku harus memanggil ibuku.

“ibu............aku mau bangun.........!”triakanku selalu disambut senyum manis dari ibuku. Hingga tiap pagi datang hal yang pertama kali ku lihat adalah senyum ibuku. Senyumnya menguatkanku memberi semangat bahwa masih ada harapan di depan sana.

“Selamat pagi sayang...”

“Pagi ibu, (sambil naik ke gendongannya)

Seperti biasanya gendongan ibuku menuju ke sumur untuk berwudlu dan solat bersama. Aku tak begitu mengerti apa itu solat, hanya sekedar tau bahwa solat itu harus. Setiap pagi ibu mengajakku solat bersama, aku hanya tau gerakan solat tanpa tau bacaan apa yang terucap dari ibuku. Kata ibuku belajar dulu gerakannya baru nanti ibu akan ajari bacaannya. Pagi ini berbeda ibuku meneteskan air mata dalam solatnya. Ku tak berani bertanya hanya dalam hatiku bertanya apa aku nakal hingga ibu bersedih. Tak pernah ku lihat orang besar menangis apalagi ibuku, apa ibuku cengeng sepertiku....

Ku lihat lama sekali ibu mengucap doa semakin lama semakin banyak pula air mata yang menetes. Ku terdiam duduk di sampingnya bahkan sampai herannya ku tak meminta apapun pada Tuhan di solatku pagi ini, ku hanya menatap, menatap, dan menatap pahlawanku yang selalu membelaku. Ku tak tau apa yang terjadi yang ku tau hanya ketakutan apa ku telah berbuat salah dengan ibu. Tanpa ku tau penyebabnya ku pun turut meneteskan air mata bersama ibu. Tetesan air mataku tanpa ada teriakan hanya isakan tangis yang tertahan. Aku ingin menjerit dalam tangisku seperti biasanya tetapi ku takut jika ku menjerit siapa yang akan mengusapku seperti ibu. Sedangkan kali ini ibuku menangis jika ku menangis sambil menjerit ibu akan marah padaku dan pergi meninggalkanku. Ku takut sendiri karna memang ku tak bisa melakukan apapun sendiri. Ku beranikan diri mengusaibu menp air mata ibu,

“Ibu menangis?”

“Iya, sekarang gantian ibu yang menangis?”(sambil memelukku)

“Apa aku nakal?”

“Tidak, tapi ibu yang nakal ma kamu?”

“Ibu baik, aku sayang ibu!”

“Ibu juga sayang Rino!”

“Jangan menangis, bu!”

“Berjanjilah untuk tetap belajar meski kau berbeda dengan yang lain!”

“Apa itu berbeda?aku bisa menulis, aku bisa menggambar, aku akan pintar.”

“Iya kau anak pintar, kau mau bersekolah seperti teman-temanmu kan?”

“Apa ibu mengijinkanku bersekolah!”

“Ya, tentu dan mulai hari ini!”

“Hore.....!!!aku sayang Ibu.

“Ayo bersiap, Ibu akan mengantarmu ke sekolah baru!”

Hari pertamaku bersekolah pasti menyenangkan, seperti kata dino temanku di sekolah banyak mainan dan ada  bu guru yang mengajari menggambar. Sepanjang jalan ku tersenyum dalam gendongan ibu, tetapi ibu hanya terdiam. Pasti ibu menganggapku sudah besar makanya aku boleh sekolah. Aku ingin cepat sampai.

“Rino, kita hampir sampai ayo berdoa pada Tuhan!” ucapkan bismillah ya...!’

“Bismillahhirrohmannirrohim! Kenapa kita harus berdoa ibu?”

“Agar Tuhan selalu menjaga Rino?”

“Seperti ibu menjaga Rino?”

“Tentu.”

Akhirnya ku sampai di sekolah banyak teman-teman sebesar aku berlarian, yang masih dedek juga ada dan berlarian pula. Tidak ada yang berada dalam gendongan sepertiku. Aku tak bisa berlari bahkan berjalan pun ku tak mampu. Jalanku adalah gendongan ibuku. Aku ingin seperti temanku.

Semua anak melihatku, ibunya juga melihatku dan ibuku. Ku ingin pulang tapi aku ingin belajar.

“ayo turun dan bermainlah Rino.”

“aku takut.”

“bukankah kau janji ingin belajar, Tuhan tak suka orang yang ingkar janji sayang.’

Dengan terpaksa aku turun dan duduk bersama teman yang lain. mereka mengajakku bermain dan ku senang sekali. Kami main mobil-mobilan tapi ketika mereka mengajak mobil mereka berlari jauh, ku hanya melihat. Ku menatap ibuku di luar kelas sedang bersama ibu yang lain. kanapa kamu tak berjalan Rino?tanya temanku

Ku tak bisa.

Rino tak bisa berjalan, kamu lumpuh ya?”

Mereka mengejekku tapi ibu diam saja di luar tak membelaku sampai bu guru datang dan meminta mereka diam serta memulai pelajaran. Bu guru meminta kami menggambar rumah karena ku tau bagaimana menulis kata rumah aku menulisnya dan bu guru pun memujiku. Aku senang temanku menghampiriku melihat pekerjaanku dan ada yang berkata “lumpuh”. Kata yang ku tak tau artinya tapi entah mengapa buatku sedih. Jam pelajaran usai ibu dan aku pulang setelah bu guru memimpin doa.

“Ibu apa lumpuh itu?”(ibu hanya tersenyum) kembali ku tanya hal yang sama.

“Lumpuh itu orang yang tubuhnya tidak bisa bergerak”

“Aku bisa bergerak, tapi kata temanku aku lumpuh?”

“Mereka salah bicara mungkin?”

Ku berpikir dan menemukan jawab mungkin karna ku tak bisa berjalan. Kakiku terlalu kecil untuk berjalan. Tapi aku tetap punya kaki meski tak sama dengan kaki mereka. ibu selalu berkata padaku untuk meminta apapun kepada Tuhan pasti terjadi. Aku akan minta kaki baru untuk berjalan, pasti tuhan memberikannya untukku. Aku bersemangat dan aku akan berkata pada ibu agar Tuhan memberiku kaki baru. Tapi ku tak tahu Tuhan dimana, kata Ibu Tuhan ada meski ku tak melihatnya.

Tanpa terasa malam tiba, matahari tak lagi ada yang ada adalah bulan dan ribuan bintang. Ku melamun dalam hati ku berkata Tuhan jika engkau diatas sana bersama bintang kabulkan inginku aku ingin berjalan agar tak membuat ibu sedih. Jika benar Tuhan menjagaku seperti kata Ibu pasti esok pagi kakiku berubah seperti anak lain. jawab doaku Tuhan aku ingin jalan, selamat malam Tuhan.

“Ayo Rino tidur,berdoalah agar mendapat mimpi indah!”kata ibuku

“Iya aku ingin mimpi berjalan sendiri, ibu?”

“Jadilah anak baik maka Tuhan akan sayang pada Rino.”jawab ibu sambil berkaca-kaca

“Jika aku tidak nakal apa Tuhan mau menukar kakiku?”

“Anak yang baik akan ditempatkan di surga jadi jangan nakal ya!”

“Dimana surga itu,bu?”

“Tempat untuk anak soleh dan disana apa yang kau minta pasti terkabul.”tidurlah!”

Cukurukukkkkk........ayam berkokok waktunya aku membuka mata, tak sabar ingin ku buka selimut sudahkah Tuhan menukar kakiku. Ternyata masih sama Tuhan tak menjawab pintaku. Aku mencoba turun dari kasur sendiri tentunya dengan bantuan tanganku bukan kakiku. Kenapa Tuhan tak kabulkan doaku?

Ibu.......teriakku

“Apa yang terjadi apa kau jatuh sehingga menangis?”

“Aku tak jatuh, tapi Tuhan tak bersedia menukar kakiku.”

“Bagaimana kamu bisa turun dari ranjang sendiri?”

“Dengan tangan.”

“Tanganmu adalah kaki baru untukmu?”

“Aku mau kaki untuk berjalan.’

“Tuhan membarimu kelebihan yaitu tanganmu yang kuat menopang tubuhmu,tak semua anak mampu seperti itu.”

“Tapi aku tetap malu dengan temanku.”

“Jangan malu ketika kamu tidak nakal.”

“Mereka bilang aku lumpuh.”

“Apa karna tak memakai kaki untuk berjalan Rino tidak bisa belajar di sekolah?”

“Rino pintar ibu di TK Rino di bilang pinter sama bu guru.”

“Jangan takut dan malu, Rino pinter dan baik!”

“Iya Ibu, Rino mau masuk surga.”

“Ayo coba ambil air wudu sendiri dan kita solat!’’

“Aku bisa bu.”

“Jangan bosan meminta pada Tuhan karena Tuhan selalu mengabulkan doa yang sungguh-sungguh!”

Sekarang aku bisa jalan meski dengan tangan, aku akan terus belajar dan jadi anak baik. Karena kata ibu Tuhan akan memberiku surga jika aku pintar dan jadi anak yang baik. Ku kan menunggu waktu kapan Tuhan membawaku ke surga dan menukar kakiku menjadi seperti kaki temanku.

Kembali ku bersemangat di sekolah, teman-teman bermain bola. Ingin rasanya sekali saja ku menangkap bola. Mungkin besok ketika ada dokter yang mampu menyembuhkan kakiku. Oh iya, baru terlintas di pikiranku aku harus jadi dokter supaya kakiku bisa ku obati sendiri (dalam lamunan).

“Rino, tangkap bolanya!”teriak Dio temanku.

“Ah....yeah dapat!”(terkejut dan tak menyangka)

“Rino hebat, hore!” teriak teman-temanku

Ku pandangi bola itu, “terimakasih bola kau mau berada ke tangkapan tanganku”

“Berterimakasihlah pada Tuhan”, kata Bu Guru

Ibu memandangku dari luar dan memberikan jempolnya untukku sambil tersenyum. Trimakasih Tuhan mungkin kakiku tak sempurna namun ku bisa seperti yang lainnya. Senangnya hari ini.

“Ayo Rino pulang!” kata ibu

“Ibu lihat Rino, aku bisa berjalan dan menangkap bola.”

“Itu jawaban dari doamu.”

“Doa apa?”

“Bukankah kau ingin seperti temanmu yang kakinya bisa berjalan? Tuhan mengabulkannya meski kakimu belum ditukar dengan kaki baru.”

“Ya,aku suka kaki ini ibu.”

“Tetaplah berdoa pada Tuhan agar kau mendapat surga!”

“Aku dan ibu akan ke surga bersama?”

“Ya, bersama jika Rino tidak nakal tentunya!”

“Tentu, kan Rino mau minta Tuhan menukar kaki Rino di surga!”

“Amin.”

“Trimakasih Tuhan telah memberiku anak yang baik.” (bisik Ibu dalam hati)

“Trimakasih Tuhan telah memberiku Ibu yang baik.” (bisik Rino dalam hati)

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar